7 Fakta Unik Dalam Ilc 5 Desember 2018 212: Perlukah Reuni?
INIRUMAHPINTAR - Ada nasihat di setiap kejadian. Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One semalam (5/12/2018) menyisakan fakta-fakta unik yang menarik dan unik untuk direnungkan sekaligus dijadikan pembelajaran. Membicarakan topik wacana perlu-tidaknya reuni 212 diadakan, ILC menghadirkan 2 kubu, pro dan kontra. Di kubu yang kontra, ada Permadi Arya yang dikenal dengan nama nyentrik Ust. Abu Janda, Aan Anshory dan Denny Siregar, seorang penggiat sosial media. Sedangkan di kubu pro-212, ada Ustad Felix Siauw, Fahri Hamzah, Fadly Zon, Eggy Sudjana, dan Rocky Gerung.
ikolah 7 Fakta Unik dalam ILC 5 Desember 2018 212: Perlukah Reuni?
1. Permadi Arya Mengakui Bahwa Ia Bukan Ustad
Permadi Arya yang mempunyai nama alias di media umum sebagai Ustad Abu Janda Al Boliwudi sudah mempertegas dirinya sendiri bahwa ia bahu-membahu bukanlah seorang ustad. Jadi, orang-orang yang sudah ikut-ikutan mengakui Permadi Arya sebagai seorang ustad sekarang perlu introspeksi diri. Permadi Arya sudah terbukti memperdaya banyak orang.
2. Permadi Arya Gagal Paham wacana Ilmu Hadist Bendera Rasulullah
Permadi Arya menuduh bahwa penerima 212 disusupi bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang juga dinisbatkan sebagai bendera !S!S. Ternyata setelah dijelaskan oleh Ustad Felix, keberadaan bendera hitam dan putih bertuliskan Lailaha Illallah Muhammadar Rasulullah seperti yang disebutkan dalam hadist benar sebagai bendera Rasulullah.
Parahnya lagi, Permadi Arya yang mengaku sebagai muslim justru mewaspadai hadist tersebut alasannya menurutnya disusun kembali 200 tahun setelah nabi wafat. Berdasarkan pernyataannya tersebut, banyak netizen kemudian semakin mewaspadai ilmu dan ke-Islaman Permadi Arya.
3. Permadi Arya Ketahuan Salah Menunjukkan Bendera Rasulullah
Permadi Arya mengkaim sambil menawarkan sebuah foto bahwa bendera Rasulullah sesungguhnya yakni sebuah bendera berwarna hijau, yang terpajang di Islamic Museum, Istanbul, Turki. Namun, klaim Permadi Arya ternyata keliru. Ustad Felix sukses membungkam klaim tersebut.
Faktanya, bendera yang ditunjukkan Permadi Arya yakni bendera Ustmani, bukanlah bendera Rasulullah. Namun, hingga program berakhir Permadi Arya belum minta maaf atas gosip bohong yang ia sampaikan. Mungkin ia akan melakukannya di media sosial. Kita tunggu saja.
4. Denny Siregar Menunjukkan Sudut Pandang Pendanaan 212 yang Keliru
Denny Siregar dalam pernyataannya menilai bahwa setiap acara itu memerlukan dana, termasuk reuni 212 yang gres saja terlaksana. Ia melanjutkan bahwa dana yang begitu besar mengapa tidak dialihkan ke korban-korban tragedi Gunung Agung di Bali atau Banjir di Pacitan.
Ustad Felix kemudian mempersembahkan analogi, bahwa ketika ke restoran, setiap orang mempunyai cara tidak sama ketika ingin memesan makanan. Ada orang yang fokus kepada harga (berapa harga termurah?) alasannya mempertimbangkan isi dompetnya, ada juga yang lebih fokus pada rasa (yang paling yummy yang mana?) alasannya ia ingin mencari kepuasan dalam menikmati makanan.
Begitupun dengan orang yang mengerdilkan reuni 212 dengan tuduhan bahwa ada yang mendanai atau dananya besar, sia-sia, mengapa tidak digunakan untuk memmenolongk korban tragedi alam, secara tidak pribadi menawarkan sudut pandang atau cara berpikirnya bahwa setiap kali ingin melaksanakan program besar dan mengundang banyak orang harus selalu memakai dana besar.
Padahal, faktanya, orang-orang yang tiba di reuni 212 bukanlah pasukan nasi bungkus. Mereka tiba dengan sukarela, panggilan jiwa, dan nrimo berkontribusi untuk program tersebut. Malahan, mereka membawa masakan lebih untuk saudara-saudaranya yang lain. Terbukti, dalam sejarah, belum ada perkumpulan di kepingan dunia manapun yang dapat menandingi banyaknya penerima reuni 212 (sekitar 7,5 juta).
Selanjutnya, mengenai dana reuni 212 yang berdasarkan Denny Siregar lebih berfaedah kalau dialihkan sebagai dana menolongan tragedi justru diluruskan oleh Sujiwo Tejo. Sang budayawan menyampaikan bahwa hidup itu kompleks. Di ketika satu pihak belum sempurnanya sesuatu, mungkin di pihak lain ada yang berlebih. Kalau demikian katanya, mengapa listrik dipadamkan saja, dan dananya untuk memmenolong korban tragedi alam. Jadi, reuni 212 tidak menghambur-hamburkan uang, toh di ketika bersamaan, banyak umat Islam yang turut memmenolong saudara-saudaranya di Bali dan Pacitan yang mengalami musibah.
5. Anshori Tidak Berimbang Menilai Sensitifitas Keberagaman Umat Islam
Aan Anshori yang dikenal sebagai aktivis Jaringan Islam Anti Diskriminasi menyatakan sejumlah hasil penelitian, termasuk dari Wahid Foundation dan PPIM UIN bahwa adanya kecenderungan Umat Islam kehilangan sensitifitas keberagaman. Ditunjukkan dengan adanya keengganan responden umat Islam untuk bertetangga dengan non-muslim. Dan reuni 212 ini secara tidak pribadi dianggap sebagai salah satu bentuk kurangnya sensitifitas keberagaman.Menyikapi pernyataan tersebut, Ustad Felix bahu-membahu sudah menyentil cara berpersepsi menyerupai ini melalui analagi memesan masakan di restoran. Ketika seseorang menakar sesuatu dengan sudut pandang, indikator dan kerangka berpikirnya sendiri, tanpa melihat adanya indikator-indikator lain yang mungkin tidak sama, maka ia sudah melaksanakan kekeliruan.
Artinya, tidak ideal untuk mevalidkan sebuah pengukuran sensitifitas keberagaman dengan khusus berpusat pada responden Umat Islam, perlu ada keseimbangan menentukan responden. Mengapa Anshori tidak mengukur sensitifitas keberagaman itu dari sudut pandang responden non-muslim. Orang Islam sudah menandakan bahwa mereka malah memmenolong pasangan Katolik yang akan menikah di Katedral pada 212 tahun lalu. Artinya orang Islam sangat toleran kepada pemeluk agama lain. Yang perlu dipertanyakan yakni sebaliknya, seberapa besar tingkat keinginan/keengganan non-muslim mau bertetangga dengan orang Islam. Apakah muslimah berjilbab dan bercadar sudah dibebaskan dari diskriminasi untuk bekerja, kuliah, atau bersekolah di instansi yang dipimpin minoritas?
Jangan sampai, ketakutan atau kecemasan yang dirasakan minoritas itu khususlah prasangka negatif. Prasangka yang justru tidak perlu dimunculkan di Indonesia. Islam Indonesia bukanlah ter0ris atau anti-Pancasila. Sekalipun ada agresi ter0ris, pastilah ia sudah keliru mempelajari Islam. Dan kita semua mengecam dan kompak tidak mengizinkan itu terjadi di NKRI.
Fahri pun menegaskan bahwa Islamophobia itu tidak perlu berlaku di Indonesia. Umat Islam Indonesia sangat toleran dan dapat menjadi percontohan di seluruh dunia.
Reuni 212 salah besar dituduh sebagai agresi intoleran, menyerupai yang dituduhkan MetroTV. Dan benar analogi Ustad Felix. Orang yang memesan masakan dengan menanyakan harga terlebih dahulu, berarti ia memang fokusnya pada harga, mungkin ia belum sempurnanya uang dsb. Analoginya, orang melaksanakan tuduhan intoleran berarti ia sendiri lebih menentukan cara pandang intoleran. Kerangka berpikirnya begitu yakin bahwa ketika ada orang Islam berkumpul dalam jumlah besar artinya agresi itu yakni bentuk intoleransi kepada minoritas.
Padahal belum niscaya dan memang mustahil. Umat Islam Indonesia tidak demikian. Jangan samakan Umat Islam Indonesia, yang mempunyai saham besar pada negara ini menyerupai yang kata Ustad Felix dengan pember0ntak !S!S buatan Amerika di Suriah. Mengapa tidak menentukan opsi tuduhan yang lain yakni berprasangka positif semoga kita sama-sama dapat berdemokrasi dengan baik.
Rocky Gerung bahkan meyakinkan publik bahwa reuni 212 yakni referensi kemajuan demokrasi di Indonesia. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja, Presiden Jokowi sangat perlu mengeluarkan perilaku dan statement tegas untuk merekatkan furniture negara yang kelihatannya menawarkan gejala keretakan. Agar Indonesia semakin solid, hidup tenang dan bersatu dalam keberagaman.
6. Ahmad Dhani Siap Menjadi Panitia Reuni 212 di Tahun Berikutnya
Dalam program ILC semalam, Ahmad Dhani yang dikenal sebagai musisi ini, menegaskan bahwa dirinya siap menjadi panitia penyelenggaraan reuni 212 di tahun-tahun berikutnya. Menurut ayah Al, El, dan Dul ini, ada kedamaian dan kehangatan tersendiri yang khusus dapat ia rasakan di reuni 212, mirip-mirip dengan haji, katanya. Hal itu benar saja, khusus di reuni 212, orang-orang saling membuatkan masakan dalam jumlah besar, berkumpul tapi tidak merusak atau mengotori, juga disiplin dan kondusif dihadiri anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, bahkan seorang pengidap kanker stadium 4.7. Prof. Mahfud Menegaskan Arti Khilafah dan Pancasila
Prof. Mahfud yang juga diberi waktu yang tepat untuk mengeluarkan pernyataan dalam ILC semalam, meski khusus melalui sambungan video call menambah wawasan publik wacana arti khilafah dan pancasila. Beliau menegaskan bahwa pancasila yakni konsensus final para pendiri bangsa ini untuk menjaga Indonesia dalam keberagaman.Indonesia yakni khilafah dengan huruf Pancasilanya. Indonesia sangat sesuai dengan syariat Islam. Dan ideologi khilafah tidak perlu menggantikan ideologi pancasila Indonesia.
Ketuhanan yang Maha Esa bagi orang Islam yakni tauhid, dan bagi agama lain, diartikan sesuai keyakinannya masing-masing. Keberagaman ini dilindungi di Indonesia.
Maka dari itu, berdasarkan penulis, untuk hidup di NKRI kita perlu menghormati konstitusi. Bersuaralah sesuai aturan demokrasi. Mari bergandengan tangan dengan penuh toleransi. Tidak manis untuk selalu berprasangka negatif. Reuni 212 khususlah reaksi kebersamaan umat Islam atas ketidakadilan yang dirasakan. Jadi, menilainya negatif sangat keliru. Lihatnya sejumlah kasus aturan yang sepertinya lebih gampang menjerat umat Islam dibandingkan pihak lain yang terang pelanggarannya. Untuk itu, benahi ketidak-adilan, perbaiki kesejahteraan rakyat, tegakkan hukum, hapus segala bentuk kemungkaran (ijan malah dibiarkan), insya Allah, umat Islam Indonesia cinta NKRI dan cinta umat-umat lain. Kata Ahmad Dhani, alumni 212 yakni laskar cinta.
Kesimpulan dan Saran
Penulis menyadari bahwa goresan pena ini belum lengkap. Masih banyak fakta-fakta unik dalam ILC 5 Desember 2018 212: Perlukah Reuni? semalam. Hanya saja, alasannya keterbatasan penulis, khusus ada 7 fakta unik yang dapat penulis hadirkan. Biarlah fakta-fakta unik yang lain pembaca simpulkan sendiri. Silahkan, tonton di YouTube untuk mendengarkan versi yang lengkap. Intinya adalah, semoga kita dapat memetik nasihat dan pelajaran dari sejumlah pembicaraan tersebut. Semoga kita dapat semakin mempererat ikatan persatuan dan kesatuan bangsa.Belajar dari pihak-pihak yang terbukti keliru atau bahkan gagal paham dalam berkomentar, kita semua dapat memetik nasihat wacana pentingnya mencari tahu kebenaran sebelum kita melaksanakan penegasan, pentingnya ilmu sebelum kita berbicara, pentingnya data-data valid dan berimbang dalam mencari pembenaran, pentingnya berprasangka positif menyikapi sesuatu, pentingnya kita menyadari bahwa tiada makhluk yang sempurna, dan pentingnya kita bermusyawarah dalam menuntaskan masalah.
ILC sudah menjalankan tugasnya dengan baik sebagai ruang musyawarah terbuka yang berkelas antara kubu pro dan kontra program reuni 212. Dan dari sudut pemirsa, ILC semalam sudah membuka tabir wacana siapa yang patut kita contoh, teladani, dan waspadai.
Komentar
Posting Komentar