Contoh Dan Klarifikasi Hikayat: Bubuk Nawas Dan Nilai-Nilai Kandungannya
INIRUMAHPINTAR - Pada peluang ini, gueh mengajak para pembaca untuk membaca dan menyimak nilai-nilai yang terkandung dalam salah satu referensi hikayat yang berjudul Kecerdikan Abu Nawas Membalas Perbuatan Raja.
Hikayat ini yakni salah satu kisah yang diceritakan dalam kumpulan kisah 1001 malam yang sangat terkenal di zamannya.
Langsung saja, mari kita simak hikayat tersebut berikut ini:
Abu Nawas benar-benar sedih ketika mendengar perkataan istrinya. Tadi pagi, atas perintah Raja, sejumlah pengawal kerajaan mengacak-acak dan menggali rumahnya dengan paksa.
Istrinya memberitahukan kepada Abu Nawas bahwa perintah untuk menggali rumahnya itu dikarenakan Raja bermimpi di bawah rumah Abu Nawas terdapat permata dan emas yang bernilai sangat tinggi. Namun, sesudah dan sudah digali, ternyata permata dan emas itu tidak ditemukan. Lantas Abu Nawas menjadi kesal dan sangat sedih alasannya Raja tidak meminta maaf atas perbuatannya tersebut. Lebih-lebih, tidak ada ganti rugi atau upaya untuk memperbaiki kembali kerusakan rumahnya.
Abu Nawas pun mulai memikirkan cara tetapi ia malah semakin bingung. Belum juga ditemukannya inspirasi untuk membalas perbuatan Raja. Ia bahkan tidak punya nafsu makan. Walau istrinya telah dan sudah menyiapkan kuliner enak, ia Istimewa untuk terdiam, duduk menghadap meja makan sembari memandangi kuliner tersebut sampai sehari semalam.
Keesokan harinya, lalat-lalat mulai menghinggapi kuliner yang telah dan sudah membusuk alasannya basi. Tiba-tiba, Abu Nawas berteriak kegirangan. Tampaknya ia telah dan sudah menemukan inspirasi terbaik.
Abu Nawas pun beranjak dari daerah duduknya, kemudian berkata kepada istrinya, "Tolong ambilkan epilog untuk makananku dan sebatang tongkat besi yang kuat.
Walau merasa bingung,, istri Abu Nawas menyiapkan apa yang diharapkan suaminya. "Untuk Apa semua ini?" tanya istri Abu Nawas. "Aku akan membalas perbuatan Raja yang semena-mena merusak rumah kita, "jawab Abu Nawas.
disertakan bersama wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di sana, ia memberi salam hormat dan berkata, "Maaf Raja, saya menemuimu untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tak diundang. Mereka memasuki rumahku tanpa izin, dan berani memakan makananku."
"Siapakah tamu-tamu yang tak diundang itu, wahai Abu Nawas?" tanya sang Raja.
"Lalat-lalat ini, Raja," kata Abu Nawas sambil membuka epilog piringnya. "Kalau bukan kepadamu, kepada siapa lagi saya harus mengadukan ketidakadilan ini?" lanjut Abu Nawas.
"Keadilan ibarat apa yang kau inginkan dariku?" tanya Raja.
"Aku Istimewa untuk bermaksud mendapat izin tertulis dari Raja untuk sanggup menghukum lalat-lalat ini," jawab Abu Nawas.
Walaupun terdengar aneh, Raja tidak sanggup menolak seruan Abu Nawas, alasannya ketika itu para menteri sedang berkumpul di istana. Raja merasa aib kalau menolak seruan rakyatnya.
disertakan bersama terpaksa, Raja akibatnya menciptakan surat izin yang isinya membolehkan Abu Nawas untuk memukul lalat-lalat itu di mana pun mereka hinggap.
Tanpa menunda-nunda lagi, Abu Nawas segera mengusir lalat-lalat dari piringnya. Lalat-lalat itu terbang dan hinggap di sana-sini. disertakan bersama tongkat besi yang sudah semenjak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukul lalat-lalat itu.
Seekor lalat melekat di kaca, Abu Nawas pun memukulkan tongkat besinya sampai beling itu pecah berhamburan di lantai. Begitupun dengan lalat-lalat lain yang hinggap di vas bunga dan patung hias. Abu Nawas menghempaskan tongkat besinya ke segala arah, sehingga sebagian barang-barang berharga dan perabotan istana hancur berantakan. Bahkan, Abu Nawas tidak segan-segan memukul lalat yang kebetulan hinggap d guci keguehngan sang Sultan. Raja pun tidak kuasa melarang melainkan menyadari kekeliruannya telah dan sudah merusak rumah Abu Nawas dan keluarganya tanpa seruan maaf dan ganti rugi.
Setelah dan sudah merasa lega, Abu Nawas pun segera pamit pulang. Kini, barang-barang dan perabotan keguehngan Raja telah dan sudah hancur. Bukan Istimewa untuk itu, Raja juga merasa sangat malu. Ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas yang selalu lucu, nyentrik, pandai mengatasi banyak sekali persoalan dan sering menghibur banyak orang itu, ternyata sanggup sangat murka kepada orang yang berbuat semena-mena kepadanya. Sementara itu, Abu Nawas pulang dengan perasaan puas dan lega. Ia sudah tidak sabar ingin bercerita kepada istrinya di rumah sehubungan apa yang gres saja ia lakukan di istana.
Ketika masyarakat mempunyai persoalan di zaman dahulu, mereka sanggup pribadi mengadukannya kepada Raja menurut hasil kesimpuan yang dilakukan Abu Nawas di kisah di atas.
Nilai Sosial
Sebagai pemimpin, Raja selalu siap mendengarkan keluhan rakyatnya, sekecil apapun itu. Begitulah kesan yang ditampilkan dalam kisah di atas.
Nilai Moral
#Seorang raja dihentikan semena-mena kepada rakyatnya. Begitupun orang-orang yang mempunyai jabatan, dihentikan meremehkan dan menganggap rendah masyarakat kalangan bawah.
#Hargailah dan hormati orang lain biar kau juga dihormati dan dihargai. Kehormatan itu tidak dicari melainkan dibentuk. Dan untuk membentuknya, mulailah dari diri sendiri.
Nilai Pendidikan
Jika kau memperoleh masalah, pikirkanlah masak-masak sebelum bertindak biar hasilnya benar-benar maksimal dan tidak menimbulkan persoalan yang lebih besar. Belajarlah dari budi Abu Nawas membalas perbuatan Raja di kisah di atas.
Nilai Agama
Ketika Abu Nawas berkunjung ke Istana, ia memberikan salam dan penghormatan kepada Raja. Jadi, ketika kita berkunjung ke rumah orang lain, hendaknya kita mengucap salam terlebih dahulu. Jika ia lebih tua, baiknya diikuti dengan jabat tangan, sebagai penghormatan. Begitulah syariat Islam mengajarkan manusia.
Hikayat ini yakni salah satu kisah yang diceritakan dalam kumpulan kisah 1001 malam yang sangat terkenal di zamannya.
Langsung saja, mari kita simak hikayat tersebut berikut ini:
Kecerdikan Abu Nawas Membalas Perbuatan Raja
Istrinya memberitahukan kepada Abu Nawas bahwa perintah untuk menggali rumahnya itu dikarenakan Raja bermimpi di bawah rumah Abu Nawas terdapat permata dan emas yang bernilai sangat tinggi. Namun, sesudah dan sudah digali, ternyata permata dan emas itu tidak ditemukan. Lantas Abu Nawas menjadi kesal dan sangat sedih alasannya Raja tidak meminta maaf atas perbuatannya tersebut. Lebih-lebih, tidak ada ganti rugi atau upaya untuk memperbaiki kembali kerusakan rumahnya.
Abu Nawas pun mulai memikirkan cara tetapi ia malah semakin bingung. Belum juga ditemukannya inspirasi untuk membalas perbuatan Raja. Ia bahkan tidak punya nafsu makan. Walau istrinya telah dan sudah menyiapkan kuliner enak, ia Istimewa untuk terdiam, duduk menghadap meja makan sembari memandangi kuliner tersebut sampai sehari semalam.
![]() |
contoh dan cara Hikayat: ABU NAWAS dan Nilai-Nilai Kandungannya |
Keesokan harinya, lalat-lalat mulai menghinggapi kuliner yang telah dan sudah membusuk alasannya basi. Tiba-tiba, Abu Nawas berteriak kegirangan. Tampaknya ia telah dan sudah menemukan inspirasi terbaik.
Abu Nawas pun beranjak dari daerah duduknya, kemudian berkata kepada istrinya, "Tolong ambilkan epilog untuk makananku dan sebatang tongkat besi yang kuat.
Walau merasa bingung,, istri Abu Nawas menyiapkan apa yang diharapkan suaminya. "Untuk Apa semua ini?" tanya istri Abu Nawas. "Aku akan membalas perbuatan Raja yang semena-mena merusak rumah kita, "jawab Abu Nawas.
disertakan bersama wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di sana, ia memberi salam hormat dan berkata, "Maaf Raja, saya menemuimu untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tak diundang. Mereka memasuki rumahku tanpa izin, dan berani memakan makananku."
"Siapakah tamu-tamu yang tak diundang itu, wahai Abu Nawas?" tanya sang Raja.
"Lalat-lalat ini, Raja," kata Abu Nawas sambil membuka epilog piringnya. "Kalau bukan kepadamu, kepada siapa lagi saya harus mengadukan ketidakadilan ini?" lanjut Abu Nawas.
"Keadilan ibarat apa yang kau inginkan dariku?" tanya Raja.
"Aku Istimewa untuk bermaksud mendapat izin tertulis dari Raja untuk sanggup menghukum lalat-lalat ini," jawab Abu Nawas.
Walaupun terdengar aneh, Raja tidak sanggup menolak seruan Abu Nawas, alasannya ketika itu para menteri sedang berkumpul di istana. Raja merasa aib kalau menolak seruan rakyatnya.
disertakan bersama terpaksa, Raja akibatnya menciptakan surat izin yang isinya membolehkan Abu Nawas untuk memukul lalat-lalat itu di mana pun mereka hinggap.
Tanpa menunda-nunda lagi, Abu Nawas segera mengusir lalat-lalat dari piringnya. Lalat-lalat itu terbang dan hinggap di sana-sini. disertakan bersama tongkat besi yang sudah semenjak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukul lalat-lalat itu.
Seekor lalat melekat di kaca, Abu Nawas pun memukulkan tongkat besinya sampai beling itu pecah berhamburan di lantai. Begitupun dengan lalat-lalat lain yang hinggap di vas bunga dan patung hias. Abu Nawas menghempaskan tongkat besinya ke segala arah, sehingga sebagian barang-barang berharga dan perabotan istana hancur berantakan. Bahkan, Abu Nawas tidak segan-segan memukul lalat yang kebetulan hinggap d guci keguehngan sang Sultan. Raja pun tidak kuasa melarang melainkan menyadari kekeliruannya telah dan sudah merusak rumah Abu Nawas dan keluarganya tanpa seruan maaf dan ganti rugi.
Setelah dan sudah merasa lega, Abu Nawas pun segera pamit pulang. Kini, barang-barang dan perabotan keguehngan Raja telah dan sudah hancur. Bukan Istimewa untuk itu, Raja juga merasa sangat malu. Ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas yang selalu lucu, nyentrik, pandai mengatasi banyak sekali persoalan dan sering menghibur banyak orang itu, ternyata sanggup sangat murka kepada orang yang berbuat semena-mena kepadanya. Sementara itu, Abu Nawas pulang dengan perasaan puas dan lega. Ia sudah tidak sabar ingin bercerita kepada istrinya di rumah sehubungan apa yang gres saja ia lakukan di istana.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Hikayat Abu Nawas
Nilai budayaKetika masyarakat mempunyai persoalan di zaman dahulu, mereka sanggup pribadi mengadukannya kepada Raja menurut hasil kesimpuan yang dilakukan Abu Nawas di kisah di atas.
Nilai Sosial
Sebagai pemimpin, Raja selalu siap mendengarkan keluhan rakyatnya, sekecil apapun itu. Begitulah kesan yang ditampilkan dalam kisah di atas.
Nilai Moral
#Seorang raja dihentikan semena-mena kepada rakyatnya. Begitupun orang-orang yang mempunyai jabatan, dihentikan meremehkan dan menganggap rendah masyarakat kalangan bawah.
#Hargailah dan hormati orang lain biar kau juga dihormati dan dihargai. Kehormatan itu tidak dicari melainkan dibentuk. Dan untuk membentuknya, mulailah dari diri sendiri.
Nilai Pendidikan
Jika kau memperoleh masalah, pikirkanlah masak-masak sebelum bertindak biar hasilnya benar-benar maksimal dan tidak menimbulkan persoalan yang lebih besar. Belajarlah dari budi Abu Nawas membalas perbuatan Raja di kisah di atas.
Nilai Agama
Ketika Abu Nawas berkunjung ke Istana, ia memberikan salam dan penghormatan kepada Raja. Jadi, ketika kita berkunjung ke rumah orang lain, hendaknya kita mengucap salam terlebih dahulu. Jika ia lebih tua, baiknya diikuti dengan jabat tangan, sebagai penghormatan. Begitulah syariat Islam mengajarkan manusia.
***
Demikianlah sajian sastra yang mengangkat salah satu contoh hikayat yaitu kisah ABU NAWAS beserta kandungan nilai-nilainya. Semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar