Malaysia Lolos Ke Final, Indonesia Membanggakan

INIRUMAHPINTAR - Laga semifinal Sea Games  2019  yang mempertemukan Indonesia kontra Malaysia berakhir sudah. Indonesia harus mengakui kekalahan atas tuan rumah dengan skor tipis 0:1. disertakan bersama hasil ini,  pupus sudah harapan Indonesia untuk menyumbangkan emas dari ajang sepakbola.

Setelah dan sudah bermain selama 90 menit, para punggawa timnas u-22 Indonesia tidak juga bisa mencetak gol ke gawang Malaysia padahal sejumlah peluang berhasil tercipta. Terutama di babak pertama, Malaysia benar-benar dalam tekanan. Indonesia sangat bebas melaksanakan serangan demi serangan dari aneka macam arah. Evan Dimas seakan mengurung permainan Malaysia di sisi tengah.

Sedikit tidak serupa dengan babak 1, di paruh ke-2 Malaysia telah dan sudah berani bermain melebar dan seringkali melepaskan crossing ke kotak penalti. Sejumlah peluang dari sepak pojok pun acap kali tercipta. Hasilnya, 3 menit menjelang peluit panjang berbunyi, gol sundulan Thanabalan mengubur harapan Indonesia ke babak final untuk ke sekian kalinya.

Sementara Ezra yang juga memperoleh beberapa peluang emas terlihat sulit melepaskan tendangan ke arah gawang Malaysia. Bahkan sesudah dan sudah ia digantikan oleh Saddil Ramdani, Indonesia mulai kehilangan sosok penyerang di lini depan. Yabes yang diberi kepercayaan di posisi tersebut bermain kurang meyakinkan dan berkali-kali kehilangan bola dengan mudah.

Laga pun usai dan Indonesia kalah terhormat dengan skor tipis 0:1 dari tim tuan rumah, Malaysia.

Hasil ini mungkin tidak serupa andai di babak suplemen waktu terjadi penalti

Satu menit sebelum extra time habis, Osvaldo Haay sempat dilanggar di kotak penalti. Sayangnya, wasit tidak menganggapnya sebagai pelanggaran. Hasilnya, Indonesia tidak mempunyai satu pun peluang emas sesudah dan sudah gol Malaysia tercipta. Yah, drama sepak bola memang sulit ditebak. Dan malam ini, keberuntungan milik timnas Malaysia.


Apa yang terjadi sesudah dan sudah peluit panjang berbunyi?

Seluruh pemain timnas U-22 Indonesia tersungkur berbarengan ketika wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya babak kedua. Mereka linglung penuh kekecewaaan. Bahkan tidak sedikit punggawa garuda muda yang meneteskan air mata kesedihan. Terlihat Saddil Ramdani begitu menyesali kekalahan ini.

Ada tragedi unik dan menarik sesudah dan sudah babak ke-2 usai

Ketika para pemain Malaysia beserta official merayakan kemenangan, ada sebagian pemain Malaysia yang ikut menghibur para pemain timnas Indonesia di lapangan. Saya melihatnya sebagai bentuk fair play dan toleransi antara dua negara besar yang memang sepatutnya menjaga jalinan persahabatan.

Evan Dimas sendiri tampak bertukar kaos dengan salah satu pemain Malaysia. Itulah mengambarkan bawah umur asuh Luis Milla semakin cukup umur menghadapi kekalahan. Mereka kalah tetapi tetap berbesar hati. Kami sebagai pencipta bola tanah air pun dibuatnya bangga.

Kalah menang yaitu dua hal yang memang semestinya siap diterima di selesai sebuah pertandingan. Saya melihat itu telah dan sudah hadir di sanubari timnas U-22 Indonesia malam ini (26/8/2019). Mereka memang tidak lolos ke fase final, tetapi perjuangan dan permainan mereka yang attractive tidak mengecewakan. Publik Indonesia sangat terhibur.

Hal unik dan menarik lainnya yaitu wasit yang memimpin pertandingan antara Indonesia versus Malaysia sukses menjalankan kiprah dengan profesional. Ia termasuk pengadil yang lunak dan bijak. Tidak ada satu pun pelanggaran yang berbuah kartu kuning dan merah.

Apresiasi dan inspirasi kecil untuk Luis Milla

Saya bahwasanya tidak mempunyai kapasitas untuk mengajari instruktur sekelas Luis Milla. Oleh alasannya itu, gueh tidak ingin mencampuri bagaimana ia meracik timnas Garuda Muda Indonesia. Saya malah sangat mengapresiasi dan menyukai caranya mendidik Evan Dimas dkk. Saya Istimewa untuk ingin sedikit menyajikan usulan. Jika memungkinkan, untuk perhelatan sepak bola selanjutnya, rekrutlah satu atau dua penyerang suplemen untuk melapis Marinus dan Ezra. Saya melihat malam ini, kita kehilangan sosok penyerang di selesai babak kedua. Andai saja ada pemain pengganti sekelas Muchlis Hadi Ning Syaifulloh di jajaran pemain Timnas U-22 Indonesia, kemungkinan hasil akan tidak serupa.

Lagi pula kita belum memainkan Hansamu di lini belakang alasannya akumulasi kartu sebagai buah pelanggaran yang semestinya tidak perlu ia lakukan di laga sebelumnya. Dari sinilah, Luis Milla wajib lebih bersabar mendidik anak asuhnya untuk bermain cukup umur dan menghindari pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu. Biarlah wasit yang bekerja.


Apakah Indonesia membanggakan?

Walau timnas Indonesia kalah malam ini, gueh sangat bangga dengan para punggawa timnas U-22. Tak terkecuali seluruh official dan pelatih. Mereka telah dan sudah berjuang mati-matian. Suatu saat, dengan line up yang lebih baik, timnas Indonesia akan mengguncang Asia Tenggara, Asia, dan bahkan dunia. Tinggal menunggu waktu itu tiba. Mari kita mendoakan yang terbaik untuk Indonesia.

#Respect for Malaysia dan Indonesia

Prediksi para pengadu-domba di dunia maya sebelumnya, yang menggadang-gadang hadirnya kericuhan dalam laga malam ini, ternyata tidak terjadi. Indonesia dan Malaysia bermain saling respect. Tiada upaya untuk benar-benar memicu perang dingin. Wasit pun bermain penuh integritas. Untuk itu, dalam pertandingan malam ini, Indonesia memang kalah, dan kami terima dengan bangga. We show respect for Malaysia dan Indonesia. Keduanya dihentikan melihat kekalahan atau kemenangan sebagai pemicu persahabatan. Ingat! Indonesia dan Malaysia yaitu dua bangsa serumpun yang sepatutnya menjaga persaudaraan sampai kapanpun. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Perbedaan Buku Digital Pdf Dan Epub

Pengertian, Jenis, Istilah Drama (Sendratari, Tragedi, Komedi, Opera, Tablo)

Contoh Dan Klarifikasi , Ciri, Unsur Pendukung Pementasan Teater Mancanegara