Pengertian, Perbedaan Lakon Teater Rakyat Dan Teater Istana
INIRUMAHPINTAR - Jelaskan pengertian Lakon dan sebutkan perbedaan Teater Rakyat dan Teater Istana? Sebelum mengulas nya lebih lengkap, mari kita pahami dulu pengertian/definisi lakon berdasarkan asal katanya. Kata lakon sama halnya dengan istilah ‘ngalalakon-boga lalakon’ (dalam, Bahasa Sunda), atau ‘lelakon’ (dalam, Bahasa Jawa) artinya melakukan, melakoni tugas atau memerankan tokoh dongeng dengan berkata-kata (verbal) atau tanpa berkata-kata (non verbal) di atas pentas.
Kedudukan lakon dalam pementasan teater ialah nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin kekerabatan atau membangun struktur atau susunan dongeng melalui tugas atau penokohan yang dibawakan seorang atau pemeran.
Lakon dalam pemetasan teater ialah hasil karya kolektif masyarakat, seniman atau sastrawan yang diwujudkan dalam bentuk naskah lakon baik dengan cara ditulis maupun tidak tertulis (leluri).
Lakon dari sudut pandang seniman atau kreator seni teater yaitu materi baku atau sumber ide, gagasan dalam memberikan pesan estetis (bentuk/wujud pementasan) dan pesan moral (makna kehidupan) melalui kreativitas pementasan seni teater.
Lakon dalam pementasan teater tradisional (teater rakyat dan teater istana) di kita (baca, Indonesia), mempunyai ciri tidak memakai naskah tertulis bersifat baku sesuai dengan yang lakon pada teater non tradisional.
Lakon dalam pementasan teater ialah perhiasan pokok dari keseluruhan bentuk penyajian keseniannya. Hamid, (1976:31) mengungkapkan bahwa "Lakon atau dongeng ini biasanya tanpa naskah tertulis sedang obrolan berkembang (mekar) secara spontan. Kadang jalan dongeng lakon berkembang dalam pementasannya sendiri. Artinya tanpa penaskahan, khusus alur dan abjad tokoh lakon yang ditentukan lebih dulu kepada para pemainnya".
Lebih lanjut berdasarkan Sembung, (1992:26) umumnya cerita-cerita berasal dari cerita-cerita rakyat yang berbau sejarah. Sebagai manifestasi kehidupan mereka sehari-hari. Temanya berkisar pada kehidupan rumah tangga, kriminalitas, kekejaman, dan kemalangan, serta kelakuan-kelakuan yang tidak sanggup diterima oleh masyarakat.
Adakalanya lakon teater mengambil dari kejadian tahun 1918 di Belendung dikala membuat induk irigasi Walahar. Contoh lengkap -contoh lakon dalam Topeng Banjet sanggup dilihat dalam banyak sekali topik.
Contoh lengkap topik kriminalitas yaitu dongeng tentang Si Ridon, seorang jawara yang suka memamerkan kejawaraannya dan suka memeras orang lain, tetapi kesudahannya ia terbunuh sebab ulahnya sendiri melalui tangan sobat seperguruannya yang berjulukan Camang.
melalui atau bersama ini demikian bahwa cerita-cerita teater rakyat sanggup digolongkan pada dongeng melodramatik ataupun dongeng komikal, peristiwa-peristiwanya disusun untuk menghasilkan premis yang bertujuan membangkitkan kesadaran inspirasi atau moral yang sanggup digunakan baik dalam rumah tangga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara baik.
Contoh lengkap premis yang biasa terdapat pada dongeng Topeng Banjet adalah: a) Kegegabahan dalam bertindak akan menimbulkan penderitaan. b) Yang jahat kesudahannya menemui nasib yang mengenaskan.
Naskah lakon pada teater tradisional dituangkan dalam bentuk bedrip atau bagal dongeng atau lakon bersifat garis besar dari adegan lakon yang akan di pentaskan. Lakon bersumber dari kisah-kisah roman, kisah 1001 malam (desik), kisah citra kehidupan sehari-hari, sejarah, legenda, babad, epos, dst. yang mengakar, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pemiliknya.
Sumber-sumber dongeng atau naskah lakon sanggup kamu peroleh melalui: cerita-cerita fiksi, dongeng sejarah, cerita–cerita tempat Nusantara atau dongeng tempat setempat lebih khususnya.
Sumber lakon teater cukup umur dengan sarat nilai pendidikan terdapat pada; kisah 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dst..), legenda (Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung, Si Pahit Lidah, Batu Menangis, dst..), sejarah (Pangeran Borosngora, Pangeran Gesan Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.), Babad ( Babad Tanah Jawa, Babad Tanah Sunda, Babad Kacirebonan, Babad Tanah Leluhur,dst.), Hikayat (Raja-raja,Kasultan, Panji Semirang. Calanarang, Umar Amir, dst.), dan Epos (Mahabarata dan Ramayana).
Selanjutnya, untuk rujukan lakon teater tradisional lainnya sanggup kau tanya pada grup atau kelompok seni teater yang masih bertahan atau cari beberapa sumber melalui media. Pada hakekatnya lakon teater yaitu tentang kehidupan. Artinya, nilai-nilai kehidupan menjadi sumber inspirasi dan gagasan dalam penyusunan atau penulisan lakon atau cerita.
Di dalam lakon atau kisah pada pada dasarnya selalu mengandung unsur konflik. Karena dengan adanya konflik berupa perperihalan yang alami pelaku, pemain atau tokoh di dalam dongeng akan mengalir dan berkembang.
Konflik dongeng dalam lakon sanggup dibangun dengan terjadinya perperihalan tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis) atau sanggup terjadinya tokoh utama dengan dirinya sendiri (intern conflict), ibarat menentukan keyakinan atau kejiwaan yang dihadapi.
Konflik dongeng pun sanggup terjadi apabila tokoh utama mengalami perperihalan dengan lingkungan (extern conflict), yakni merubah suatu kebiasaan atau masyarakat susila yang sanggup menimbulkan musibah, wabah, seperti penyakit, banjir, dan bencana lain yang ditimbulkan akhir dampak alam dan lingkungan masyarakat.
Apabila lakon dihadirkan atau dibentuk dengan tidak memperhatikan kaidah dan hakekat dramatic yakni mengesampingkan konflik, maka dongeng akan terasa monoton atau datar dan membosankan. Apabila terjadi, hal ini ialah kesalahan awal yang fatal bagi penggarap dan niscaya tidak akan berhasil membuat tontonan yang baik dan bermutu.
Makara berpandai- pandailah menentukan lakon atau kisah yang sanggup mendorong dongeng berkembang dalam laris dramatic dan struktur lakon yang tersusun serta memuncak.
Konflik dongeng sanggup dibangun dengan menghadirkan beberapa pola, diantaranya ; pola perubahan, pola kejayaan dan keruntuhan, pola kekalahan dan kemenangan, pola penderitaan dan kebahagian, pola penindasan dan kemerdekaan dan lainnya yang dialami tokoh utama dalam menggulirkan kisah atau dongeng yang berujung apakah happy ending atau tragis kematian.
Konflik dongeng pun sanggup juga dibangun dengan menghadirkan tiga unsur utama : Poima (itikad tokoh utama), Mathema (adanya kendala tokoh lain atau sumber lain) dan Pathema (dampak atau hasil kemenangan atau tragis).
Lakon yang baik sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal yakni: kejelian menentukan lakon sesuai perkembangan dan usia penerima didik, mempunyai daya tarik (pikat) tematik, mempunyai waktu yang cukup dalam menyiapkan materi pementasan, lakon yang dibawakan menjadi sarana dan wahana pendidikan dalam menyebarkan pengalaman positif secara kolektif .
1. Tidak ada naskah baku, lakon disampaikan dalam bentuk bagal, bedrip atau garis besar dongeng saja bersumber dongeng tempat setempat,
2. Tidak ada naskah baku, lakon disampaikan dalam bentuk bagal, bedrip atau garis besar dongeng saja bersumber dongeng tempat setempat,
3. Lakon sebagai unsur cerita, bersumber dari kisah-kisah roman dan drama kehidupan dengan topik kriminal, sejarah, dan kisah yang tidak biasa dalam kehidupan
4. Bentuk lakon cenderung bersifat komedi dan melodrama Yakni, lakon yang diangkat lebih mengutakan unsur
hiburan sekaligus mempersembahkan citra pesan lakon yang bersifat sederhana sesuai kebiasaan hidup masyarakat pendukungnya.
5. Unsur-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat sederhana, tidak rumit, gampang dicerna dan mempunyai keakraban dongeng dengan masyarakat pendukungnya.
6. Bahasa yang digunakan dalam memberikan pesan dongeng atau lakon cenderung menggunakana bahasa tempat yang tidak terikat dan cenderung memakai bahasa keseharian; lugas, dan bebas.
Lakon Teater Rakyat
1. Lakon bersumber dongeng ramayana, mahabarata dan dongeng panji (hikayat kebesaran raja-raja).
2. Lakon lebih mengedepankan keindahan seni yang matang dan mapan. Oleh karenanya, seni istana disebut seni adiluhung yang mapan (isi seni dan nilai seni) dan mengusung fungsi terkait kebesaran raja, upacara khusus. Oleh sebab tidak heran bahwa kecenderung lakon dalam pementasan teater tradisional istana unsur-unsur seni didalamnya bersifat baku dan terorganisir dengan baik.
3. Lakon sebagai unsur cerita, bersumber dari kisah; Babad (cerita silsilah tanah leluhur), Hikayat (cerita panji), dan Epos (mahabarata dan ramayana).
4. Bentuk lakon cenderung bersifat tragedi, yakni insiden yang mengangkat kisah-kisah usaha para leluhur dan orang-orang yang mempunyai kharisma dan ketuladan.
5. Unsur-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat baku, rumit, dan mempunyai estetika tinggi. Karena dirancang oleh para empu yang mempunyai keahlian di bidangnya.
6. Bahasa yang digunakan dalam memberikan pesan dongeng atau lakon cenderung memakai bahasa tempat yang ketat atau memakai bahasa dengan idiom-idiom bahasa yang benar sesuai kebutuhannya.
Lakon dibangun oleh insiden di dalam adegan. Adegan ialah pecahan dari babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan atau musik di dalam seni pementasan. melalui atau bersama ini demikian dalam satu babak sanggup terjadi lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri yaitu susunan dari beberapa adegan yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat, waktu dan kejadian peristiwa) dalam sebuah insiden kejadian.
Berdasarkan jumlah babak, lakon sanggup dibedakan menjadi dua jenis yakni lakon pendek dan lakon panjang. Lakon pendek biasanya, lakon terdiri dari satu babak dengan beberapa insiden adegan di dalamnya. Lakon panjang sanggup dipentaskan mencapai tiga hingga lima babak dengan beberapa adegan didalamnya.
Panjang pendeknya lakon sangat tergantung pada muatan isi atau tematik yang disampaikan. Apakah bersifat naratif (paparan kronologis, sejarah atau biografi) dengan waktu, kejadian dan insiden lebih dari satu tempat (setting cerita), sehingga alur dongeng pun cukup rumit tidak sederhana dan memakan waktu, antara 90 – 120 menit atau lakon pendek khusus menghabiskan waktu 45 – 60 menit.
Pada kenyataannya proses kreatif yang dilakukan seorang seniman Teater dalam menginterpretasi lakon, tidak selamanya ketergantungan pada banyak tidaknya babak. Tetapi yang paling penting esensi dongeng sanggup hingga atau tidak kepada pembaca dengan melaksanakan proses editing lakon. Sebaliknya dengan lakon yang pendek sanggup bermetamorfosis pementasan yang panjang dan memikat.
2. Bentuk Lakon
Bentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya sama, yakni lakon; tragedi, komedi, bencana komedi dan melodrama. Lakon berbentuk tragedi, biasanya mengandung unsur sejarah perjuangan, mempunyai pola penceritaan kejayaan dan keruntuhan dan ciri-ciri lain bahwa tugas utama mengalami irama tragis; poima (itikad tugas utama), mathema (peran utama mengalami hambatan), pathema (klimaks tugas utama) berujung tragis, yakni mengalami ketaknormalan (fisik – psikis) atau kematian. Beberapa rujukan bentuk lakon tragedi; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung Lautan Api,dan lain-lain.
Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi materi tertawaan, menghibur orang lain, penuh dengan satir (sindiran-sindiran) dan berujung tugas utama mengalami kebahagian atau tragis akhir perbuatan dirinya sendiri. Contoh lengkap nya; Si Kabayan, Karnadi Bandar Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino, dan lain-lain. Lakon bencana komedi, bahwa tugas utama mengalami atau menjadi materi tertawaan orang lain berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan atau kematian. Contoh lengkap nya lakon; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat Peci, Robin Hood, dan lain-lain. Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema keluarga, percintaan atau kisah-kisah dua sejoli yang berjuang dalam memadu kasih, berujung dengan kebahagian atau happy ending. Contoh lengkap nya; Romi dan Juli, Gita Cinta dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dan lain-lain.
Sesudah kau berguru tentang ragam jenis dan bentuk lakon, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lakon?
2. Apa perbedaan teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana ditinjau dari sudut pandang bentuk lakon?
Demikianlah pembahasan perihal Pengertian, Perbedaan Lakon Teater Rakyat dan Teater Istana, Jenis dan Bentuk Lakon. Semoga bermanfaat!
Kedudukan lakon dalam pementasan teater ialah nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin kekerabatan atau membangun struktur atau susunan dongeng melalui tugas atau penokohan yang dibawakan seorang atau pemeran.
Lakon dalam pemetasan teater ialah hasil karya kolektif masyarakat, seniman atau sastrawan yang diwujudkan dalam bentuk naskah lakon baik dengan cara ditulis maupun tidak tertulis (leluri).
Lakon dari sudut pandang seniman atau kreator seni teater yaitu materi baku atau sumber ide, gagasan dalam memberikan pesan estetis (bentuk/wujud pementasan) dan pesan moral (makna kehidupan) melalui kreativitas pementasan seni teater.
Lakon dalam pementasan teater tradisional (teater rakyat dan teater istana) di kita (baca, Indonesia), mempunyai ciri tidak memakai naskah tertulis bersifat baku sesuai dengan yang lakon pada teater non tradisional.
Lakon dalam pementasan teater ialah perhiasan pokok dari keseluruhan bentuk penyajian keseniannya. Hamid, (1976:31) mengungkapkan bahwa "Lakon atau dongeng ini biasanya tanpa naskah tertulis sedang obrolan berkembang (mekar) secara spontan. Kadang jalan dongeng lakon berkembang dalam pementasannya sendiri. Artinya tanpa penaskahan, khusus alur dan abjad tokoh lakon yang ditentukan lebih dulu kepada para pemainnya".
Lebih lanjut berdasarkan Sembung, (1992:26) umumnya cerita-cerita berasal dari cerita-cerita rakyat yang berbau sejarah. Sebagai manifestasi kehidupan mereka sehari-hari. Temanya berkisar pada kehidupan rumah tangga, kriminalitas, kekejaman, dan kemalangan, serta kelakuan-kelakuan yang tidak sanggup diterima oleh masyarakat.
Adakalanya lakon teater mengambil dari kejadian tahun 1918 di Belendung dikala membuat induk irigasi Walahar. Contoh lengkap -contoh lakon dalam Topeng Banjet sanggup dilihat dalam banyak sekali topik.
Contoh lengkap topik kriminalitas yaitu dongeng tentang Si Ridon, seorang jawara yang suka memamerkan kejawaraannya dan suka memeras orang lain, tetapi kesudahannya ia terbunuh sebab ulahnya sendiri melalui tangan sobat seperguruannya yang berjulukan Camang.
melalui atau bersama ini demikian bahwa cerita-cerita teater rakyat sanggup digolongkan pada dongeng melodramatik ataupun dongeng komikal, peristiwa-peristiwanya disusun untuk menghasilkan premis yang bertujuan membangkitkan kesadaran inspirasi atau moral yang sanggup digunakan baik dalam rumah tangga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara baik.
Contoh lengkap premis yang biasa terdapat pada dongeng Topeng Banjet adalah: a) Kegegabahan dalam bertindak akan menimbulkan penderitaan. b) Yang jahat kesudahannya menemui nasib yang mengenaskan.
Naskah lakon pada teater tradisional dituangkan dalam bentuk bedrip atau bagal dongeng atau lakon bersifat garis besar dari adegan lakon yang akan di pentaskan. Lakon bersumber dari kisah-kisah roman, kisah 1001 malam (desik), kisah citra kehidupan sehari-hari, sejarah, legenda, babad, epos, dst. yang mengakar, tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pemiliknya.
Sumber-sumber dongeng atau naskah lakon sanggup kamu peroleh melalui: cerita-cerita fiksi, dongeng sejarah, cerita–cerita tempat Nusantara atau dongeng tempat setempat lebih khususnya.
Sumber lakon teater cukup umur dengan sarat nilai pendidikan terdapat pada; kisah 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dst..), legenda (Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung, Si Pahit Lidah, Batu Menangis, dst..), sejarah (Pangeran Borosngora, Pangeran Gesan Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.), Babad ( Babad Tanah Jawa, Babad Tanah Sunda, Babad Kacirebonan, Babad Tanah Leluhur,dst.), Hikayat (Raja-raja,Kasultan, Panji Semirang. Calanarang, Umar Amir, dst.), dan Epos (Mahabarata dan Ramayana).
Selanjutnya, untuk rujukan lakon teater tradisional lainnya sanggup kau tanya pada grup atau kelompok seni teater yang masih bertahan atau cari beberapa sumber melalui media. Pada hakekatnya lakon teater yaitu tentang kehidupan. Artinya, nilai-nilai kehidupan menjadi sumber inspirasi dan gagasan dalam penyusunan atau penulisan lakon atau cerita.
Di dalam lakon atau kisah pada pada dasarnya selalu mengandung unsur konflik. Karena dengan adanya konflik berupa perperihalan yang alami pelaku, pemain atau tokoh di dalam dongeng akan mengalir dan berkembang.
Konflik dongeng dalam lakon sanggup dibangun dengan terjadinya perperihalan tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis) atau sanggup terjadinya tokoh utama dengan dirinya sendiri (intern conflict), ibarat menentukan keyakinan atau kejiwaan yang dihadapi.
Konflik dongeng pun sanggup terjadi apabila tokoh utama mengalami perperihalan dengan lingkungan (extern conflict), yakni merubah suatu kebiasaan atau masyarakat susila yang sanggup menimbulkan musibah, wabah, seperti penyakit, banjir, dan bencana lain yang ditimbulkan akhir dampak alam dan lingkungan masyarakat.
Apabila lakon dihadirkan atau dibentuk dengan tidak memperhatikan kaidah dan hakekat dramatic yakni mengesampingkan konflik, maka dongeng akan terasa monoton atau datar dan membosankan. Apabila terjadi, hal ini ialah kesalahan awal yang fatal bagi penggarap dan niscaya tidak akan berhasil membuat tontonan yang baik dan bermutu.
Makara berpandai- pandailah menentukan lakon atau kisah yang sanggup mendorong dongeng berkembang dalam laris dramatic dan struktur lakon yang tersusun serta memuncak.
Konflik dongeng sanggup dibangun dengan menghadirkan beberapa pola, diantaranya ; pola perubahan, pola kejayaan dan keruntuhan, pola kekalahan dan kemenangan, pola penderitaan dan kebahagian, pola penindasan dan kemerdekaan dan lainnya yang dialami tokoh utama dalam menggulirkan kisah atau dongeng yang berujung apakah happy ending atau tragis kematian.
Konflik dongeng pun sanggup juga dibangun dengan menghadirkan tiga unsur utama : Poima (itikad tokoh utama), Mathema (adanya kendala tokoh lain atau sumber lain) dan Pathema (dampak atau hasil kemenangan atau tragis).
Lakon yang baik sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal yakni: kejelian menentukan lakon sesuai perkembangan dan usia penerima didik, mempunyai daya tarik (pikat) tematik, mempunyai waktu yang cukup dalam menyiapkan materi pementasan, lakon yang dibawakan menjadi sarana dan wahana pendidikan dalam menyebarkan pengalaman positif secara kolektif .
Perbedaan Ciri-Ciri Lakon Teater Rakyat dan Teater Istana
Lakon Teater Rakyat1. Tidak ada naskah baku, lakon disampaikan dalam bentuk bagal, bedrip atau garis besar dongeng saja bersumber dongeng tempat setempat,
2. Tidak ada naskah baku, lakon disampaikan dalam bentuk bagal, bedrip atau garis besar dongeng saja bersumber dongeng tempat setempat,
3. Lakon sebagai unsur cerita, bersumber dari kisah-kisah roman dan drama kehidupan dengan topik kriminal, sejarah, dan kisah yang tidak biasa dalam kehidupan
4. Bentuk lakon cenderung bersifat komedi dan melodrama Yakni, lakon yang diangkat lebih mengutakan unsur
hiburan sekaligus mempersembahkan citra pesan lakon yang bersifat sederhana sesuai kebiasaan hidup masyarakat pendukungnya.
5. Unsur-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat sederhana, tidak rumit, gampang dicerna dan mempunyai keakraban dongeng dengan masyarakat pendukungnya.
6. Bahasa yang digunakan dalam memberikan pesan dongeng atau lakon cenderung menggunakana bahasa tempat yang tidak terikat dan cenderung memakai bahasa keseharian; lugas, dan bebas.
Lakon Teater Rakyat
1. Lakon bersumber dongeng ramayana, mahabarata dan dongeng panji (hikayat kebesaran raja-raja).
2. Lakon lebih mengedepankan keindahan seni yang matang dan mapan. Oleh karenanya, seni istana disebut seni adiluhung yang mapan (isi seni dan nilai seni) dan mengusung fungsi terkait kebesaran raja, upacara khusus. Oleh sebab tidak heran bahwa kecenderung lakon dalam pementasan teater tradisional istana unsur-unsur seni didalamnya bersifat baku dan terorganisir dengan baik.
3. Lakon sebagai unsur cerita, bersumber dari kisah; Babad (cerita silsilah tanah leluhur), Hikayat (cerita panji), dan Epos (mahabarata dan ramayana).
4. Bentuk lakon cenderung bersifat tragedi, yakni insiden yang mengangkat kisah-kisah usaha para leluhur dan orang-orang yang mempunyai kharisma dan ketuladan.
5. Unsur-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat baku, rumit, dan mempunyai estetika tinggi. Karena dirancang oleh para empu yang mempunyai keahlian di bidangnya.
6. Bahasa yang digunakan dalam memberikan pesan dongeng atau lakon cenderung memakai bahasa tempat yang ketat atau memakai bahasa dengan idiom-idiom bahasa yang benar sesuai kebutuhannya.
Jenis dan Bentuk Lakon
1. Jenis LakonLakon dibangun oleh insiden di dalam adegan. Adegan ialah pecahan dari babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan atau musik di dalam seni pementasan. melalui atau bersama ini demikian dalam satu babak sanggup terjadi lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri yaitu susunan dari beberapa adegan yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat, waktu dan kejadian peristiwa) dalam sebuah insiden kejadian.
Berdasarkan jumlah babak, lakon sanggup dibedakan menjadi dua jenis yakni lakon pendek dan lakon panjang. Lakon pendek biasanya, lakon terdiri dari satu babak dengan beberapa insiden adegan di dalamnya. Lakon panjang sanggup dipentaskan mencapai tiga hingga lima babak dengan beberapa adegan didalamnya.
Panjang pendeknya lakon sangat tergantung pada muatan isi atau tematik yang disampaikan. Apakah bersifat naratif (paparan kronologis, sejarah atau biografi) dengan waktu, kejadian dan insiden lebih dari satu tempat (setting cerita), sehingga alur dongeng pun cukup rumit tidak sederhana dan memakan waktu, antara 90 – 120 menit atau lakon pendek khusus menghabiskan waktu 45 – 60 menit.
Pada kenyataannya proses kreatif yang dilakukan seorang seniman Teater dalam menginterpretasi lakon, tidak selamanya ketergantungan pada banyak tidaknya babak. Tetapi yang paling penting esensi dongeng sanggup hingga atau tidak kepada pembaca dengan melaksanakan proses editing lakon. Sebaliknya dengan lakon yang pendek sanggup bermetamorfosis pementasan yang panjang dan memikat.
2. Bentuk Lakon
Bentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya sama, yakni lakon; tragedi, komedi, bencana komedi dan melodrama. Lakon berbentuk tragedi, biasanya mengandung unsur sejarah perjuangan, mempunyai pola penceritaan kejayaan dan keruntuhan dan ciri-ciri lain bahwa tugas utama mengalami irama tragis; poima (itikad tugas utama), mathema (peran utama mengalami hambatan), pathema (klimaks tugas utama) berujung tragis, yakni mengalami ketaknormalan (fisik – psikis) atau kematian. Beberapa rujukan bentuk lakon tragedi; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung Lautan Api,dan lain-lain.
Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi materi tertawaan, menghibur orang lain, penuh dengan satir (sindiran-sindiran) dan berujung tugas utama mengalami kebahagian atau tragis akhir perbuatan dirinya sendiri. Contoh lengkap nya; Si Kabayan, Karnadi Bandar Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino, dan lain-lain. Lakon bencana komedi, bahwa tugas utama mengalami atau menjadi materi tertawaan orang lain berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan atau kematian. Contoh lengkap nya lakon; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat Peci, Robin Hood, dan lain-lain. Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema keluarga, percintaan atau kisah-kisah dua sejoli yang berjuang dalam memadu kasih, berujung dengan kebahagian atau happy ending. Contoh lengkap nya; Romi dan Juli, Gita Cinta dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dan lain-lain.
Sesudah kau berguru tentang ragam jenis dan bentuk lakon, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lakon?
2. Apa perbedaan teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana ditinjau dari sudut pandang bentuk lakon?
Demikianlah pembahasan perihal Pengertian, Perbedaan Lakon Teater Rakyat dan Teater Istana, Jenis dan Bentuk Lakon. Semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar