Unsur-Unsur Lakon Teater Dan Penjelasannya
INIRUMAHPINTAR - Sebutkan Unsur-Unsur Lakon Teater dan Penjelasannya? Teater sebagai seni ialah salah satu jenis seni pementasan dengan medium utamanya insan yang dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya, salah satunya unsur lakon.Sastra lakon dalam konteks seni pementasan lebih terkenal disebut dengan lakon (yang punya peranan dan diperankan oleh tokoh utama yakni boga lalakon).
Lakon sebagai karya sastra sanggup diartikan sebagai ungkapan pribadi insan yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, perasaan, semangat, iman dalam suatu bentuk citra kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat (media) bahasa.
Pesona atau daya tarik (keindahan) di dalam sastra, setidaknya sanggup dipahami melalui : bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut, hendaknya mengandung muatan;
(1) Keutuhan (unity)
artinya setiap bagian atau unsur yang ada menunjang kepada perjuangan pengungkapan isi hati sastrawan. melalui atau bersama ini kata lain tidak adanya unsur kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara seksama.
(2) Keselarasan (harmony)
artinya berkenaan dengan relasi satu unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan mengganggu atau mengaburkan unsur yang lain.
(3) Keseimbangan (balance)
ialah bahwa unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata atau kalimat dalam baris lain.
(4) Fokus atau sentra pengutamaan sesuatu unsur (right emphasis)
artinya unsur atau cuilan yang dianggap penting harus menerima pengutamaan yang lebih daripada unsur atau cuilan yang kurang penting. Unsur yang dianggap penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting mungkin khusus garis besar dan bersifat skematik saja.
Unsur bahasa ialah faktor penting dalam berkomunikasi antara pemeran dan penonton, terutama dalam memberikan isi pesan yang dilontarkan melalui para pemerannya. Maksud bahasa di sini ialah bahasa secara penyampaian verbal.
Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak, tari atau pun mime. melalui atau bersama ini alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat spontan, maka dalam membawakan lelucon maupun dalam lakon kisah dikatakan Soemardjo, (2004:19) yakni nilai dan laris dramatik dilakukan secara spontanitas.
Hal ini, terang dalam menyikapi laris dramatik yang dibangun secara spontanitas para pemainnya sesuai dengan yang dijelaskan Sembung, (1992:32) bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Biasanya memakai lakon yang sudah digunakan dan kadangkala diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada uji coba dan tes khusus.
Naskah lakon teater, khususnya teater tradisional ditangan sang koordinator dan biasanya merangkap pimpinan grup, atau orang yang dituakan dalam kelompok seninya. Lakon yang akan dibawakan baik diminta atau tidak yang empunya hajat (penanggap seni) ialah materi lakon yang perlu dipahami, dan diperankan secara saksama.
Adapun materi lakon tersebut yakni dari teks verbal dalam bentuk garis besar lakon (bedrip lakon, cerita) disampaikan koordinator kepada para pemain yang ditindak lanjuti menjadi wujud pementasan.
Dalam pementasan teater kedudukan lakon menjadi unsur penting. Lakon yang sudah ditentukan sebagai materi pementasan teater, terlebih dahulu dianalisis bagian-bagiannya, antara lain ; alur (plotting), tema (thought), tokoh (dramatic person), abjad (character), Tempat kejadian insiden (Setting), dan Sudut pandang pengarang (point of view).
Unsur tokoh dan abjad atau perwatakan sebagai unsur seni peran, sudah dibahas pada pertemuan cuilan sebelumnya. Selanjutnya, untuk mempelajari naskah lakon teater, kau harus memulainya dengan memahami beberapa unsur, antara lain sebagai berikut.
Berbicara alur sanggup dikemukakan pula wacana alur maju dan alur mundur. Alur maju, artinya rangkaian kisah mengalir dari A hingga Z. Adapun Alur mundur, kisah berjalan, yaitu, penggambaran kisah yang mengakhirkan cuilan awal, sanggup juga kisah di dalam kisah atau disebut dengan flashback.
a) Introduksi= Pengenalan tokoh (misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu, Paman dan Orang Tua Arif )
b) Reasing Action = tokoh utama memiliki itikad (Tokoh Arif )
c) Konflik = tokoh utama mengalami perperihalan (Itikad Arif dihambat oleh orang renta Tuti)
d) Klimaks = terselesaikannya dilema tokoh utama (kedua orang renta Tuti merestui Arif dalam relasi cinta)
e) Resolusi = penurunan titik puncak atau disebut anti titik puncak (Kedua orang renta Arif melamar Tuti)
f) Kongklusi = kesimpulan kisah atau kisah (Arif dan Tuti bersanding dipelaminan)
Faktor pertama dan utama dalam menentukan naskah lakon terletak pada kekuatan menentukan tema. Masalah yang diangkat, gagasan kisah yang digulirkan melalui alur, dan pesan budpekerti bersifat positif atau tidak. Pesan budpekerti yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan semoga tercipta keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna.
Gagasan yang ditawarkan dalam tema ialah jalan pikiran pengarang untuk mempersembahkan citra kisah dari awal hingga akhir. Pesan di dalam tema sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok kisah dari pengarang.
Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya perihal; kepahlawanan (heroic), pendidikan (educatif), sosial (social), kejiwaan (pscykologi), keagamaan (religius). Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuh-kembangkan mental, moral, dan pikir.
Contoh lengkap , dalam memahami tema, temanya pendidikan; masalahnya ialah “narkoba“, gagasan atau idenya ialah “menghilangkan nyawa”, pesan budpekerti atau nilainya ialah “jauhi narkoba” lantaran menghilangkan nyawa.
a. Protagonis ialah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama ialah menggerakkan kisah hingga kisah mempunyai insiden dramatik (konflik)
b. Antagonis ialah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis ialah yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan protagonis biasanya mempunyai kekuatan yang sama, artinya sebanding berdasarkan kacamata kelogisan kisah di dalam membangun keutuhan cerita.
c. Deutragonis ialah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini memmenolong tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi kawasan pengaduan atau mempersembahkan pesan yang tersirat kepada tokoh utama.
d. Foil ialah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya tokoh ini memmenolong tokoh antagonis dalam menghambat itikad tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi kawasan pengaduan atau mempersembahkan pesan yang tersirat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis.
e. Tetragonis ialah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik.
f. Confident ialah tokoh yang menjadi kawasan penyampaian tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya dihentikan di-ketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.
g. Raisonneur, ialah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton.
h. Utility ialah tokoh pemmenolong baik dari kelompok hitam atau putih. Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedudukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggembira atau khusus sebatas suplemen saja,
Artinya, kehadiran tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan insiden yang dibangun.
Dalam kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional cenderung bersifat flat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan membawakan penokohan kisah tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai dengan abjad atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan peranannya.
Oleh lantaran itu, di dalam teater rakyat, mengenal pertolongan casting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat, penjahat, goro-goro atau kiprah utama dengan paras yang ganteng. melalui atau bersama ini tipe casting inilah, teater rakyat akan lebih gampang untuk menyebarkan kisah dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah.
Status sosial sebagai ciri dari perwatakan ialah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, ulama, ustad, camat, bupati, gubernur, eksekutif atau presiden, dan lain-lain.
Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus wacana jenis kelamin (laki-laki wanita atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat, dan lain-lain.
Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, gampang lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dermawan, dan lain-lain.
Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggung jawab.
Misalnya, kecerdasan (pandai atau bodoh, cepat tanggap atau apatis, tegas atau kaku, lambat atau cepat berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggung jawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar).
Karakter tokoh akan lebih gampang dicerna, lantaran kekhasan tokoh dan adaptasi membawakan tokoh menjadi landasan dalam membangun abjad kiprah di dalam penyajian lakon teater. Biasanya pemeran yang berperawakan tinggi besar, berperilaku kasar, handal menampilkan silat akan cenderung membawakan tokoh dengan abjad Jawara atau tokoh jahat.
Adapun pemain yang berperawakan tinggi besar dengan paras ganteng akan mendapatkan tokoh dengan abjad tokoh baik. Begitu pula dengan pendukung yang bertubuh kecil dan buruk tetapi bisa mengocek perut akan hadir sebagai tokoh utility atau detragonis atau foil.
Tempat sebagai penunjuk dari unsur setting di dalam lakon, mengandung pengertian yang menunjuk pada kawasan berlangsungnya kejadian. Misalnya di rumah, di hotel, di stasiun, di sekolah, di kantor, di jalan, di hutan, di gang jalan, di taman, di kawasan kumuh, di lorong , di kereta api, di dalam Bus, dan seterusnya.
Waktu sebagai cuilan unsur setting di dalam lakon, menjelaskan wacana terjadinya putaran waktu, yakni siang-malam, pagi-sore, kelam-terang, mendung, cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, zaman reformasi
Sudut pandang pengarang atau penulis ini disebut point of view. Sebagai citra intelektualitas dan kepekaan pengarang atau creator dalam menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi.
Memahami dan menangkap tanda-tanda wacana sudut pandang pengarang ialah hal penting bagi seorang creator panggung atau pembaca semoga terjadi kesepahaman, kesejalanan atau tidak oke dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang.
Apabila seorang creator dalam proses kreatifnya mengalami kesulitan menemukan pandangan inti pengarang, secara adat creator sanggup melaksanakan konsultasi atau wawancara dengan penulis wacana maksud dan tujuan dari lakon yang ditulis.
Nah, setelah kau berguru perihal unsur-unsur lakon, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
1. Apa saja yang kau ketahui wacana unsur lakon dalam teater?
2. Jelaskan pengertian lakon teater?
3. Jelaskan unsur-unsur pementasan teater?
4. Apa perbedaan pemakaian unsur bahasa yang digunakan dalam lakon teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana?
Lakon sebagai karya sastra sanggup diartikan sebagai ungkapan pribadi insan yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, perasaan, semangat, iman dalam suatu bentuk citra kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat (media) bahasa.
Pesona atau daya tarik (keindahan) di dalam sastra, setidaknya sanggup dipahami melalui : bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut, hendaknya mengandung muatan;
(1) Keutuhan (unity)
artinya setiap bagian atau unsur yang ada menunjang kepada perjuangan pengungkapan isi hati sastrawan. melalui atau bersama ini kata lain tidak adanya unsur kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara seksama.
(2) Keselarasan (harmony)
artinya berkenaan dengan relasi satu unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan mengganggu atau mengaburkan unsur yang lain.
(3) Keseimbangan (balance)
ialah bahwa unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata atau kalimat dalam baris lain.
(4) Fokus atau sentra pengutamaan sesuatu unsur (right emphasis)
artinya unsur atau cuilan yang dianggap penting harus menerima pengutamaan yang lebih daripada unsur atau cuilan yang kurang penting. Unsur yang dianggap penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting mungkin khusus garis besar dan bersifat skematik saja.
![]() |
Unsur-Unsur LAKON Teater dan Penjelasannya |
Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak, tari atau pun mime. melalui atau bersama ini alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat spontan, maka dalam membawakan lelucon maupun dalam lakon kisah dikatakan Soemardjo, (2004:19) yakni nilai dan laris dramatik dilakukan secara spontanitas.
Hal ini, terang dalam menyikapi laris dramatik yang dibangun secara spontanitas para pemainnya sesuai dengan yang dijelaskan Sembung, (1992:32) bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Biasanya memakai lakon yang sudah digunakan dan kadangkala diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada uji coba dan tes khusus.
Naskah lakon teater, khususnya teater tradisional ditangan sang koordinator dan biasanya merangkap pimpinan grup, atau orang yang dituakan dalam kelompok seninya. Lakon yang akan dibawakan baik diminta atau tidak yang empunya hajat (penanggap seni) ialah materi lakon yang perlu dipahami, dan diperankan secara saksama.
Adapun materi lakon tersebut yakni dari teks verbal dalam bentuk garis besar lakon (bedrip lakon, cerita) disampaikan koordinator kepada para pemain yang ditindak lanjuti menjadi wujud pementasan.
Dalam pementasan teater kedudukan lakon menjadi unsur penting. Lakon yang sudah ditentukan sebagai materi pementasan teater, terlebih dahulu dianalisis bagian-bagiannya, antara lain ; alur (plotting), tema (thought), tokoh (dramatic person), abjad (character), Tempat kejadian insiden (Setting), dan Sudut pandang pengarang (point of view).
Unsur tokoh dan abjad atau perwatakan sebagai unsur seni peran, sudah dibahas pada pertemuan cuilan sebelumnya. Selanjutnya, untuk mempelajari naskah lakon teater, kau harus memulainya dengan memahami beberapa unsur, antara lain sebagai berikut.
1. Alur atau Jalan cerita
Alur dalam bahasa Inggris disebut plot. Alur sanggup diartikan sebagai jalan cerita, susunan cerita, garis kisah atau rangkaian kisah yang dihubungkan dengan lantaran akhir (hukum kausalitas). Artinya, tidak akan terjadi akhir atau dampak, jika tidak ada lantaran atau kejadian sebelumnya.Berbicara alur sanggup dikemukakan pula wacana alur maju dan alur mundur. Alur maju, artinya rangkaian kisah mengalir dari A hingga Z. Adapun Alur mundur, kisah berjalan, yaitu, penggambaran kisah yang mengakhirkan cuilan awal, sanggup juga kisah di dalam kisah atau disebut dengan flashback.
a) Introduksi= Pengenalan tokoh (misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu, Paman dan Orang Tua Arif )
b) Reasing Action = tokoh utama memiliki itikad (Tokoh Arif )
c) Konflik = tokoh utama mengalami perperihalan (Itikad Arif dihambat oleh orang renta Tuti)
d) Klimaks = terselesaikannya dilema tokoh utama (kedua orang renta Tuti merestui Arif dalam relasi cinta)
e) Resolusi = penurunan titik puncak atau disebut anti titik puncak (Kedua orang renta Arif melamar Tuti)
f) Kongklusi = kesimpulan kisah atau kisah (Arif dan Tuti bersanding dipelaminan)
Faktor pertama dan utama dalam menentukan naskah lakon terletak pada kekuatan menentukan tema. Masalah yang diangkat, gagasan kisah yang digulirkan melalui alur, dan pesan budpekerti bersifat positif atau tidak. Pesan budpekerti yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan semoga tercipta keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna.
2. Tema
Tema ialah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu (1) perkara yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan yang disampaikan pengarang. Masalah yang diangkat di dalam tema kisah meliputi persoalan-persoalan wacana kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas.Gagasan yang ditawarkan dalam tema ialah jalan pikiran pengarang untuk mempersembahkan citra kisah dari awal hingga akhir. Pesan di dalam tema sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok kisah dari pengarang.
Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya perihal; kepahlawanan (heroic), pendidikan (educatif), sosial (social), kejiwaan (pscykologi), keagamaan (religius). Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuh-kembangkan mental, moral, dan pikir.
Contoh lengkap , dalam memahami tema, temanya pendidikan; masalahnya ialah “narkoba“, gagasan atau idenya ialah “menghilangkan nyawa”, pesan budpekerti atau nilainya ialah “jauhi narkoba” lantaran menghilangkan nyawa.
3. Penokohan
Penokohan di dalam teater sanggup dibagi dalam beberapa peran, antara lain protagonis, antagoni, deutragonis, foil, tetragoni, confident, raisonneur dan utility. Secara rinci pesan tersebut sanggup dijelaskan berikut.a. Protagonis ialah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama ialah menggerakkan kisah hingga kisah mempunyai insiden dramatik (konflik)
b. Antagonis ialah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis ialah yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan protagonis biasanya mempunyai kekuatan yang sama, artinya sebanding berdasarkan kacamata kelogisan kisah di dalam membangun keutuhan cerita.
c. Deutragonis ialah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini memmenolong tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi kawasan pengaduan atau mempersembahkan pesan yang tersirat kepada tokoh utama.
d. Foil ialah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya tokoh ini memmenolong tokoh antagonis dalam menghambat itikad tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi kawasan pengaduan atau mempersembahkan pesan yang tersirat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis.
e. Tetragonis ialah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik.
f. Confident ialah tokoh yang menjadi kawasan penyampaian tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya dihentikan di-ketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.
g. Raisonneur, ialah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton.
h. Utility ialah tokoh pemmenolong baik dari kelompok hitam atau putih. Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedudukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggembira atau khusus sebatas suplemen saja,
Artinya, kehadiran tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan insiden yang dibangun.
Dalam kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional cenderung bersifat flat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan membawakan penokohan kisah tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai dengan abjad atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan peranannya.
Oleh lantaran itu, di dalam teater rakyat, mengenal pertolongan casting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat, penjahat, goro-goro atau kiprah utama dengan paras yang ganteng. melalui atau bersama ini tipe casting inilah, teater rakyat akan lebih gampang untuk menyebarkan kisah dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah.
4. Karakter
Karakter ialah tabiat atau perwatakan yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon. Watak atau perwatakan yang dihadirkan pengarang dengan ciri-ciri secara khusus, contohnya berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual, dan religi.Status sosial sebagai ciri dari perwatakan ialah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, ulama, ustad, camat, bupati, gubernur, eksekutif atau presiden, dan lain-lain.
Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus wacana jenis kelamin (laki-laki wanita atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat, dan lain-lain.
Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, gampang lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dermawan, dan lain-lain.
Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggung jawab.
Misalnya, kecerdasan (pandai atau bodoh, cepat tanggap atau apatis, tegas atau kaku, lambat atau cepat berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggung jawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar).
Karakter tokoh akan lebih gampang dicerna, lantaran kekhasan tokoh dan adaptasi membawakan tokoh menjadi landasan dalam membangun abjad kiprah di dalam penyajian lakon teater. Biasanya pemeran yang berperawakan tinggi besar, berperilaku kasar, handal menampilkan silat akan cenderung membawakan tokoh dengan abjad Jawara atau tokoh jahat.
Adapun pemain yang berperawakan tinggi besar dengan paras ganteng akan mendapatkan tokoh dengan abjad tokoh baik. Begitu pula dengan pendukung yang bertubuh kecil dan buruk tetapi bisa mengocek perut akan hadir sebagai tokoh utility atau detragonis atau foil.
5. Setting
Setting dalam sebuah lakon ialah unsur yang menunjukan; kawasan dan waktu kejadian insiden dalam sebuah babak. Berubahnya setting berarti terjadi perubahan babak, begitu pula dengan sebaliknya. Perubahan babak berarti terjadi perubahan setting.Tempat sebagai penunjuk dari unsur setting di dalam lakon, mengandung pengertian yang menunjuk pada kawasan berlangsungnya kejadian. Misalnya di rumah, di hotel, di stasiun, di sekolah, di kantor, di jalan, di hutan, di gang jalan, di taman, di kawasan kumuh, di lorong , di kereta api, di dalam Bus, dan seterusnya.
Waktu sebagai cuilan unsur setting di dalam lakon, menjelaskan wacana terjadinya putaran waktu, yakni siang-malam, pagi-sore, kelam-terang, mendung, cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, zaman reformasi
6. Point of View
Setiap lakon, termasuk lakon teater anak-anak, remaja, cukup umur atau pun untuk semua umur niscaya melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis.Sudut pandang pengarang atau penulis ini disebut point of view. Sebagai citra intelektualitas dan kepekaan pengarang atau creator dalam menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi.
Memahami dan menangkap tanda-tanda wacana sudut pandang pengarang ialah hal penting bagi seorang creator panggung atau pembaca semoga terjadi kesepahaman, kesejalanan atau tidak oke dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang.
Apabila seorang creator dalam proses kreatifnya mengalami kesulitan menemukan pandangan inti pengarang, secara adat creator sanggup melaksanakan konsultasi atau wawancara dengan penulis wacana maksud dan tujuan dari lakon yang ditulis.
Nah, setelah kau berguru perihal unsur-unsur lakon, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
1. Apa saja yang kau ketahui wacana unsur lakon dalam teater?
2. Jelaskan pengertian lakon teater?
3. Jelaskan unsur-unsur pementasan teater?
4. Apa perbedaan pemakaian unsur bahasa yang digunakan dalam lakon teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana?
Komentar
Posting Komentar