Walau Terpaksa, Sebaiknya Pasien Perempuan Jangan Hingga Ditangani Dokter Pria
INIRUMAHPINTAR - Baru-baru ini, publik Indonesia dihebohkan dengan viralnya video bermuatan pelecehan pasien oleh perawat di media sosial. Di dalam video tersebut terungkap adanya agresi kurang melatih kekompakan yang dilakukan oleh seorang perawat laki-laki kepada seorang pasien perempuan ketika masih setengah sadar dan tidak berdaya pasca menjalani operasi. melalui atau bersama ini tangisan lirih, sang pasien dipertemukan dengan sang perawat di sebuah ruang perawatan didampingi sejumlah tenaga kesehatan.
Dalam video tersebut juga tampak sang perawat mengakui kesalahannya kemudian menjabat tangan dan meminta maaf kepada pasien. Kabar terbaru dari sejumlah media, diketahui bahwa sang perawat sekarang sudah diamankan pihak kepolisian dan mendekam di balik jeruji pesakitan dengan status baru, yaitu "tersangka".
Kisah yang terjadi di National Hospital di atas khususlah salah satu pola fakta kejahatan yang terjadi di dunia medis. Tidak ada yang tahu, entah bencana serupa memang sering terjadi atau bahkan selalu terjadi tetapi belum terungkap sebab berlangsung dengan rapi atau tersembunyi di balik dalih macam-macam.
Tentu publik Indonesia sudah tahu bahwa bencana serupa juga pernah terjadi sebelum-sebelumnya. Bahkan salah satu agresi memalukan serupa lagi-lagi menimpa salah satu dokter "mesum" di National Hospital. Ia dikabarkan melaksanakan pelecehan ketika menyidik seorang calon perawat 2018 silam.
Nah, tentu kita bertanya-tanya, bagaimana dengan rumah sakit lainnya di Indonesia? Adakah yang bisa menjamin dokter atau tenaga kesehatan laki-laki yang menangani pasien wanita, terutama yang dalam keadaan tidak sadar tidak termakan melaksanakan apa-apa?Apalagi bila pasien perempuan tersebut anggun rupawan?
Tidak ada yang bisa menjamin, bukan? Oleh sebab itu, bencana ini tentu membuka mata hati kita untuk merenung dan mencari solusi terbaik semoga kejahatan tersembunyi ini tidak terjadi lagi. Suami mana, orang bau tanah mana, yang tega andai istri atau anak perempuannya mengalami tindakan pelecehan, di daerah yang seharusnya tidak terjadi.
Kode Etik yang menaungi dokter dan tenaga kesehatan lain ternyata tidak cukup untuk melawan dorongan birahi dan kenakalan mental ketika menghadapi pasien wanita. Walaupun, tidak semua dokter laki-laki melaksanakan itu, setidaknya sudah terbukti bahwa ada oknum tenaga medis yang berhasil melaksanakan pelecehan di ketika ia seharusnya menahan diri dan bertindak profesional.
![]() |
Walau Terpaksa, Sebaiknya Pasien Wanita Jangan Sampai Ditangani Dokter Pria |
Solusi Mengatasi Pelecehan Pasien Wanita
Teringat jargon bang Napi, "kejahatan itu terjadi bukan sebab niat pelakunya, tetapi sebab ada waktu yang tepat". Maka dari itu, salah satu cara terbaik mengatasi kasus pelecehan pasien perempuan oleh dokter laki-laki yakni menutup rapat-rapat pintu waktu yang sempurna yang ada.
Pertama, walau terpaksa, sebaiknya pasien perempuan ijan hingga ditangani oleh dokter pria.
Kedua, dokter kandungan, kelamin atau spesifikasi keahlian yang berafiliasi dengan perempuan sebaiknya dikhususkan untuk perempuan saja. Dalam hal ini, para dokter laki-laki yang akan menentukan keahlian perlu diarahkan atau dibatasi menentukan jurusan yang berkenaan dengan wanita. Semoga pemerintah mau dan bisa mengatur regulasi ini demi kemaslahatan bersama.
Ketiga, andai terpaksa (misalnya dalam keadaan darurat) pasien perempuan harus ditangani oleh dokter pria, sebaiknya selalu didampingi oleh perawat wanita. Jangan hingga terjadi investigasi 4 mata antara pasien perempuan dan dokter pria, apalagi di ruang tertutup dan kedap suara. Dalam hal ini, nalar sehat dokter laki-laki masih berpeluang ditaklukkan oleh kekerdilan mental dan nafsu birahi sehingga memungkinkan munculnya harapan berbuat di luar kewajaran ketika melalukan treatment kepada pasien wanita.
Ke-empat, para suami dan orang bau tanah mulai ketika ini perlu kerja lebih keras untuk menentukan dan memastikan daerah pemeriksaaan atau pengobatan istri atau anak perempuannya di rumah sakit atau klinik kesehatan yang benar-benar aman. Dimana dokter atau tenaga perawat yang menangani pasien juga ialah kaum hawa.
Kelima, proses penanganan pasien perempuan seharusnya perlu mendapat pengawasan yang lebih ketat. Pihak rumah sakit ijan hingga membiarkan pasien perempuan ditangani oleh dokter atau perawat pria. Atau bila terpaksa dilakukan, pendampingan harus selalu dilakukan.
Islam Mengajarkan Begini
Dalam mengatur hubungan atau interaksi perempuan dan pria, Islam sudah mempersembahkan regulasi yang ideal. Bagi mereka yang bukan mahram, tidak sepatutnya berdua-duaan di daerah yang sepi, termasuk interaksi antara pasien dan dokter. Dalam hal ini, Tuhan lebih tahu apa yang insan belum ketahui, makanya Tuhan mempersembahkan batasan dalam bentuk hukum-hukum syariah yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist. Pastinya ada efek dan ancaman bila berdua-duaan itu dibiarkan. Contoh dan Penjelasan nya, kasus pelecehan di atas.
Jadi, merujuk pada aturan ini, rumah sakit berstandar syariah di Indonesia seharusnya mendapat prioritas utama untuk dibangun lebih banyak di setiap kota dengan alasan masyarakat Indonesia secara umum dikuasai beragama Islam.
Jangan hingga bencana serupa terus terjadi sebab peluang dibiarkan terus ada. Sayangilah dan jagalah perempuan sebab mereka makhluk mulia. Mereka yakni saudara perempuan, putri, istri, dan ibu kita. Jadi, walau terpaksa, sebaiknya pasien perempuan ijan hingga ditangani dokter pria.
Komentar
Posting Komentar